Halaman

Rabu, 06 Januari 2010

Musta’in : KEGELISAHAN BERKEPANJANGAN SEORANG KRIS ADJI

Tidak ada kata akhir dalam sebuah proses berkarya. Demikian juga yang dialami pelukis asal Gresik, Kris Adji AW. Sebagai seorang seniman, Kris merekam dan memotret realitas, terutama sosial-politik, kedalam goresan kanvas untuk dijadikan sebuah lukisan.
Realitas itu tak terlalu muluk digambarkannya. Bahkan begitu mudah, cukup dengan symbol-simbol yang sederhana. Apalagi, saat Kris banyak bergaul dengan berbagai kalangan termasuk para elite politik ditempat tinggalnya


“ Jujur saya akui, pergaulan saya dengan teman-teman anggota Dewan, yang notabene adalah para politikus, juga membawa inspirasi bagi lukisan saya,” kata Kris, ditemui digaleri seni sekaligus rumahnya, di Jln Usman Sadar, Selasa (14/11).
Tak heran, lalu muncullah karyanya yang berjudul The Dance In Power yang menggambarkan seseorang tengah melayang, sembari memannggul sebuah kursi dibelakang punggungnya.
“ Secara sederhana saya ingin mengatakan, itulah perilaku pejabat yang terus mempertahankan kursi kekuasaannya dan akan selalu melindungi agar kursi itu tidak hilang begitu saja,” ungkap pelukis yang aktif berkesenian sejak SMA, tahun 1977.
Masalah sosial yang terjadi disekitarnya, seperti penggusuran pedagang kaki lima (PKL) oleh satpol PP dengan dalih penertiban, juga diabadikan Kris melalui lukisan yang diber judul Tarian Keranjang Kosong.
Lukisan itu, menggambarkan seseorang yang tengah mendekat erat keranjang didadanya meski tanpa isi. ‘Lihat saja, rata-rata PKL yang terkena operasi pebnertiban dan gerobaknya disita terkadang gerobak itu sudah tanpa isi,” ungkap salah satu penggagas berdirinya Dewan Kesenian Gresik (DKG) tahun 1984.
Bagi Kris, sebuah kegelisahan itu akan terus ada, menggeliat saat melihat ketimpangan, ketidakadilan, dan hal-hal yang berbau paradoks. Kegelisahan akan selalu menari-nari mencapai puncak ekstase, larut diantara alam sadar dan alam tak sadar.
Lewat lukisan diatas kanvas berbahan cat akrilik, Kris hanya menyampaikan apa yang dilihat, dialami dan dirasakannya. Untuk sebuah solusi atas fenomena yang dilukisnya, kata Kris, biar hati nurani yang menjawabnya.
Salah satu bentuk pengungkapan kegelisahannya yang sedemikian menderu, Kris berencana akan gelar pameran tunggal 20 lukisannya di Surabaya, Bandung dan Gresik dengan satu tema The Dance In Trance.
Di Surabaya, Kris akan pameran di Galeri Surabaya Dewan Kesenian Surabaya (DKS), 20 – 26 November. Setelah itu dilanjutkan di Bandung, Januari dan berakhir di Gresik Maret 2007.
“Secara harfiah, judul pameran itu tarian jiwa. Namun lewat judul itu, saya ingin menyampaikan pesan-pesan kegelisahan saya,” kata Kris yang pernah menjadi pengurus
Lesbumi Gresik, 1995 – 2000.
Rencananya, saat pembukaan pameran Kris akan menggandeng pemusik harmonica asal Gresik, Amang Genggong, dan tampilan grup musik religi SMA Nahdlatul Ulama 1 (NUSA) Gresik, dimana Kris sehari-hari mengajar sebagai guru seni rupa.
 Musta’in, lahir di Lamongan, 17 Oktober 1976. Lukisan SMA Assaadah Bungah ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir fakultas Psikologi UNMUH Gresik dan wartawan Harian SURYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Mencari Apa ?