RADAR GRESIK
Senin, 12 Jan 2009
Kamis, 16 Nov 2006 Pameran Tunggal Tiga Kota Pelukis Kris Adji A.W.
Nelangsa Hidup di Negeri Koruptor Pelukis Gresik Kris Adji kembali menggelar pameran tunggal di gedung Dewan Kesenian Surabaya (DKS). Pameran kali ketiga ini akan diadakan sepekan, 20-26 November mendatang.
Apa yang berbeda?
CHUSNUL CAHYADI, Gresik,KOMUNITAS seni di Kota Industri Gresik,
maupun metropolis sudah tidak asing dengan pelukis Kris Adji A.W. Lulusan IKIP Surabaya itu sudah malang melintang di dunia corat-coret di kanvas sejak 1977. Saat itu dia masih duduk di sekolah menengah atas (SMA). Rentang waktu puluhan tahun menjadikan guru kesenian di SMA Nahdlatul Ulama 1 (NUSA) Gresik itu semakin matang. Ayah 3 anak tersebut mulai menemukan jati diri dalam aliran lukis ekspresif surealisme setelah sempat "mencicipi" aliran abstrak dan surealisme. "Setiap saya melukis, pasti berisi kritik sosial masyarakat," ujar Kris ketika ditemui di rumah, Jl Usman Sadar, Senin malam. Tak sekadar dituangkan dalam lukisan. Kritik digoreskan langsung ke kanvas pada setiap lukisan dengan kalimat-kalimat puitis. Kritik sosial yang diusung Ketua Bidang Pendidikan dan Pengembangan Dewan Kesenian Gresik (DKG) dalam pameran DKS, di antaranya tentang sosial-politik (koruptor dan kekuasaan). Misalnya, Tarian Koruptor ataupun Tarian Keranjang Kosong. Tarian Koruptor dituangkan dalam kanvas berukuran 70 x 90 sentimeter dengan cat akrilik. Karya tersebut bercerita tentang kekejaman seorang penguasa terhadap rakyatnya. Telinga buntu//hati membatu//mata ditutup tapi…//melihat//tangan di belakang//terima suap. "Begitulah kondisi pemimpin saat ini. Amanah yang dititipkan bukan untuk kepentingan rakyat. Justru untuk memperkaya diri sendiri," ungkap pria 45 tahun itu lirih.Lain lagi di lukisan Keranjang Kosong. Menurut Kris, lukisan ini diilhami perjuangan rakyat miskin untuk mendapatkan kehidupan. "Kerja sebagai pedagang kaki lima diobrak. Padahal, mereka sudah bersusah payah mencari sesuap nasi bagi keluarga. Namun, yang didapat hanya keranjang kosong," tandas pendiri Sanggar Lentera Gresik, 26 tahun silam ini.Di sisi bawah lukisan Keranjang Kosong tertulis Perut gema suara gong//anak melolong//suami kantong bolong//di puncak angin suara omong kosong//santunan pun dicolong/Merintih suara laut//wajah menjemput maut//dan keranjang tak pernah berisi//. Khusus pameran tunggal kali ketiga ini, Kris menamainya The Dance in Trance (Tarian Jiwa). Sebuah kegalauan akan kondisi sosial-politik negeri yang carut marut dituangkan dalam sebuah kanvas. Dalam pameran di Galeri Kesenian DKS itu Kris hanya membawa 15-18 lukisan. "Sebenarnya saya ingin membawa lukisan lebih banyak. Namun, kapasitas DKS tidak bisa menampung begitu banyak lukisan. Kalau tidak salah, daya tampung maksimal 18 lukisan," ujarnya. Pameran itu merupakan rangkaian dari road show Kris Adji di dua kota lain. Bandung pada Januari dan pameran di Gresik akan dihelat Maret tahun depan. (*)
Datang ke rumah sampeyan dg aura seni yang sangat kental terasa,seperti pulang ke kampung halaman!
BalasHapusSingkat pertemun karena panggilan Jiwa Saja.
Namun semoga masih ada sepetak putih untuk menggores warna pelangi 2 generasi dikota wali.